Kegiatan pertambangan memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasional, terutama dalam penyediaan bahan tambang seperti batu bara, emas, nikel, dan tembaga. Namun dibalik manfaat ekonominya, pertambangan juga menghasilkan berbagai jenis limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Limbah dari aktivitas tambang bisa berbentuk padat, cair, maupun gas masing-masing memiliki karakteristik dan risiko berbeda. Oleh karena itu, penting bagi pelaku industri dan masyarakat umum untuk memahami apa saja contoh limbah pertambangan, serta bagaimana dampaknya terhadap lingkungan hidup.
Jenis Limbah | Contoh | Karakteristik & Risiko |
Overburden (Tanah Penutup) | Tanah dan batuan di atas cadangan tambang | Volume besar, tidak beracun, tapi dapat merusak lanskap jika tidak dikelola dengan benar. |
Tailings | Lumpur sisa ekstraksi logam (emas, nikel, tembaga) | Mengandung logam berat seperti arsenik, merkuri, kadmium, dan bahan kimia lainnya. |
Air Asam Tambang (AAT/AMD) | Air dari reaksi mineral sulfida dengan udara dan air | Sangat asam, membawa logam berat terlarut, mencemari air tanah dan sungai. |
Slag atau Terak | Sisa peleburan logam | Material padat yang bisa mengandung bahan toksik. |
Limbah B3 | Oli bekas, solar, pelarut, sisa bahan kimia tambang | Toksik, mudah meledak, korosif, berbahaya bagi manusia dan lingkungan. |
Debu Tambang | Partikel halus dari pengeboran dan peledakan | Dapat terhirup, mencemari udara dan menyebabkan gangguan pernapasan. |
Untuk mencegah risiko tersebut, pengelolaan limbah pertambangan harus dilakukan secara profesional, antara lain:
Limbah pertambangan bisa berdampak besar terhadap lingkungan dan kesehatan manusia jika tidak dikelola dengan benar. Oleh karena itu, perusahaan tambang perlu bekerja sama dengan penyedia jasa pengolahan limbah profesional untuk memastikan pengelolaan limbah dilakukan sesuai standar dan peraturan yang berlaku.